Posts

Showing posts from October, 2017

Habib Hasan bin Ahmad Baharun

Image
Habib Hasan bin Ahmad Baharun Sejarah Kelahiran dan Sisilah Ust. Hasan Baharun Al Habib Hasan Baharun lahir di Sumenep pada tanggal 11 Juni 1934 dan merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari Al Habib Ahmad bin Husein dengan Fathmah binti Ahmad Bachabazy. Adapun silsilah dzahabiyah yang mulia dari beliau adalah Al Habib Hasan Bin Ahmad bin Husein bin Thohir bin Umar Bin Baharun Sejarah Masa Kanak-kanak Ust . Hasan Baharun Sejak kecil kedisiplinan dan kesederhanaan telah ditanamkan oleh kedua orang tua beliau sehingga mengantarkannya tumbuh menjadi sosok pribadi yang mempunyai akhlaq dan sifat yang terpuji. Sejarah Pendidikan Ust. Hasan Baharun Pendidikan agama selain diperoleh dari bimbingan kedua orang tuanya ia dapatkan dari Madrasah Makarimul Akhlaq Sumenep dan dari kakeknya yang dikenal sebagai ulama besar dan disegani di Kabupaten Sumenep yaitu Ustadz Achmad bin Muhammad Bachabazy. Setelah kakeknya meninggal dunia beliau menimba ilmu agama dari paman-pam

Habib Abdurrahman Az-Zahir (Pejuang Perang Aceh)

Image
Habib Abdurrahman Az-Zahir  (Pejuang Perang Aceh)  Menjelang akhir abad ke-19 tekanan kolonialisme Belanda terhadap pejuang-pejuang kemerdekaan semakin bengis, terutama terhadap pejuang-pejuang Islam. Tapi tekanan itu tidak pernah mengendurkan semangat para syuhada dalam berjuang melawan penjajah. Berbagai perlawanan, bahkan peperangan terjadi di tanah air untuk mendepak keluar penjajah. Di antara peperangan melawan Belanda, perang Aceh merupakan peperangan yang paling lama dan dahsyat. Dari tahun 1873 sampai tahun 1903, tidak kurang dari 30 tahun, tanah rencong ini bergolak dan disirami darah para syuhada. Dalam perang ini, beberapa nama menjadi sangat terkenal, seperti Teuku Umar, Panglima Polim, Cut Nyak Dien dan banyak lagi. Tapi, seperti dikatakan oleh Mr. Hamid Algadri (alm.), 86, di dalam bukunya, Islam dan Keturunan Arab dalam Pemberontakan Melawan Belanda, kurang diketahui oleh umum bahwa di dalam perang itu juga terdapat beberapa keturunan Arab. Bahkan, kata Hami

7 ANCAMAN BAGI MEREKA PEMBENCI, PENCACI DAN PEMFITNAH PARA HABAIB

Image
7 ANCAMAN BAGI MEREKA PEMBENCI, PENCACI DAN PEMFITNAH PARA HABAIB 1. ALLAH SWT MARAH KEPADA ORANG YANG MEMBENCI PARA HABAIB. Rasulullah SAW bersabda : … وهم عِتْرَتِي , خُلِقُوا مِنْ طِيْنَتِي , فَوَيْلٌ لِلْمُكَذِّبِيْنَ بِفَضْلِهِمْ , من احبهم احبه الله, ومن أبغضهم أبغضه الله “… Mereka adalah keturunanku dan diciptakan dari tanahku. Celakalah dari ummatku yang mendustakan keutamaan mereka. Siapa yang mencintai mereka maka Allah akan mencintainya, siapa yang membenci mereka maka Allah akan membencinya”.[1] Rasulullah SAW bersabda : ألا و من ابغض آل محمد جاء يوم القيامة مكتوبا بين عينيه : آئس من رحمة الله Sungguh siapa yang membenci keluarga Muhammad saw, maka ia akan dibangkitkan di hari kiamat dengan tulisan di antara kedua matanya : ‘orang ini telah terputus dari rahmat Allah swt’.[2]  2. ORANG YANG MEMBENCI HABAIB TERMASUK GOLONGAN ORANG MUNAFIK. Rasulullah SAW bersabda : من أبغضنا أهل البيت فهو منافق Siapa orang yang membenci kami ahlu bait adalah

Thariqah Dan Pola Pandang "Al-Imam Al-Habib Abdullah Al-Aydrus bin Abu Bakar As-Sakran" Dalam Bimbingan dan Keilmuan

Image
Thariqah Dan Pola Pandang "Al-Imam Al-Habib Abdullah Al-Aydrus bin Abu Bakar As-Sakran" Dalam Bimbingan dan Keilmuan.    Imam al Aydrus berkata : “Kita tidak mempunyai sistem dan metode kecuali al quran dan Sunnah. Di mana semua itu telah dipaparkan oleh Hujjatul Islam al Ghazali dalam karya monumentalnya yang sangat berharga yakni :”Ihya Ulumuddin”  yang merupakan penjelasan dari al Quran dan Hadis yang awal ataupun yang akhir, yang konkrit maupun yang abstrak, yang berkenaan dengan suri tauladan maupun keyakinan. Beliau selalu melazimkan membaca kitab Ihya Ulumuddin dan hampir saja beliau hafal kitab tersebut dan pindah ke batinnya. Beliau sangat memuji pengarangnya, serta menganjurkan kepada murid dan sahabatnya untuk membaca dan mengkajinya. Beliau melarang murid dan sahabatnya untuk mempelajari kitab “al Futuhat al Makkiyah” dan kitab “al Fushus” dan menganjurkan untuk berbaik sangka kepada penyusunnya dan meyakini bahwa Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi bahwa beliau