Posts

Showing posts from October, 2018

Anjing Saja Marah Bila Nabi Dihina.

Image
*ANJING SAJA MARAH BILA NABI DIHINA.* (Apa lagi Alloh.SWT dengan melecehkan kalimat tauhid). Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah bercerita:  Pernah suatu hari ada sekelompok orang dari kalangan pembesar Nashrani menghadiri sebuah perayaan seorang pemimpin Mongol yang telah murtad (menjadi Nasrani).  Dan pada perayaan itu ada seorang pendeta yang menghina Nabi SAW, sedangkan di sana ada seekor anjing pemburu yang terikat.  Maka saat si penyembah salib yang dengki ini mulai mencela Nabi SAW anjing tersebut menggonggong dengan keras lalu kemudian menerkam si Nasrani itu dan mencakar wajahnya.  Maka orang-orang yang melihatnya terkejut dan segera berusaha menyelamatkannya. Lantas sebagian orang yang hadir berkata: Itu diakibatkan hinaanmu kepada Muhammad SAW.  Lantas si Nasrani berkata: Tidak, Anjing ini hanya spontanitas karena melihat isyarat tanganku dan disangkanya aku ingin memukulnya.  Namun kemudian Si Nasrani ini mengulang kembali celaannya terhadap Nabi SAW

Makna Hadist Tentang Orang Sombong Tidak Akan Masuk Surga.

Image
Makna Hadist Tentang "Orang Sombong Tidak Akan Masuk Surga". Makna Hadist, Tidak Masuk Surga yang Ada Kesombongan dalam Hatinya *Pertanyaan* Apa makna hadist, “Tidak masuk surga orang yang ada kesombogan dalam hatiya” karena dalam prakteknya sangat susah". *Jawab* Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Hadist yang dimaksud diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْر Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat zarrah dalam hatinya. Kemudian ada sahabat yang bertanya, “Ada orang yang suka memakai baju bagus, sandal yang bagus. Apakah termasuk kesombongan?” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ Allah itu indah menyukai sikap berhias. Sombong itu menolak kebenaran dengan t

MENCIUM TANGAN PEJABAT Dan Ulama'/Orang Shalih.

Image
MENCIUM TANGAN PEJABAT Dan Ulama'/Orang  Shalih.  Mencium tangan seseorang karena suatu kelebihan yang ada padanya yang bersifat duniawi hukumnya makruh, sedang yang bersifat diniyyah (ulama, orang shalih, kemulianny a) hukumnya sunnah.  وَيُسْتَح َبُّ تَقْبِيلُ يَدِ الْحَيِّ لِصَلَاحٍ وَنَحْو ِهِ من الْأُمُورِ الدِّينِيّ َةِ كَزُهْدٍ وَعِلْمٍ وَ شَرَفٍ كما كانت الصَّحَابَ ةُ تَفْعَلُهُ  مع النبي صلى اللَّهُ عليه وسلم كما رَوَاهُ أبو دَاوُد وَغَيْرُهُ  بِأَسَانِي دَ صَحِيحَةٍ وَيُكْرَهُ  ذلك لِغِنَاهُ وَنَحْوِهِ  من الْأُمُورِ  الدُّنْيَو ِيَّةِ كَشَوْكَتِ هِ وَوَجَاهَت ِهِ عِنْدَ أَهْلِ الدُّنْيَا  لِخَبَرِ من تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِنَاهُ ذَهَبَ ثُلُثَا دِينِهِ  Dan disunahkan  mencium tangan orang yang masih hidup karena kebaikanny a dan sejenisnya  yang tergolong kebaikan-k ebaikan yang bersifat ‘diniyyah'  (agama), kealimanny a, kemuliaann ya sebagaiman a yang dilakukan oleh para sahabat pada baginda nabi Muhammad shallallaa hu alaihi wa sallam dalam hadits